PREPARASI DAN DRAPPING
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Preparasi
1.
Pengertian
Adalah suatu tindakan yang dilakukan
pada bagian tubuh atau area operasi agar bebas dari debu, mikroorganisme atau
minyak yang menempel pada kulit.
2.
Tujuan
Menekan seminimal mungkin bahaya
infeksi oleh sayatan kulit sehingga komplikasi yang mungkin timbul tidak
terjadi.
3.
Persiapan area operasi
a.
Mencukur
Rambut dianggap sebagai penunjang
pertumbuhan bakteri
b.
Pencucian daerah operasi
Menggunakan antiseptik, dapat
mengangkat lemak, debu, kotoran kulit, membasmi MO yang melekat dikulit dan
membilas kulit.
c.
Preparasi
1)
Set preparasi;
a)
2 mangkok
b)
1 spong holding forcep
Fungsi : Untuk menyimpan dan memindahkan jaringan sangat tepat dan
lembut, alat ini dalam mencegah trauma
c)
1 dressing forcep
Fungsi : Untuk menjepit pada saat operasi
d)
Kassa steril
Funsi : Untuk menutup luka agar tidak terkontaminasi dengan
kotoran ataupun kuman dan mencegah terjadinya infeksi.
e)
Duk bolong
Fungsi : Untuk membatasi daerah lapangan operasi
2)
Sarung tangan steril
3)
Bethadin 10 %
4)
Nacl 0,9 %
5)
Alkohol
6)
Clorhexidin 4 %
7)
Cateter
8)
Urin bag
9)
Spuit 10 cc
4.
Cara kerja
a.
Buka set preparasi
b.
Tuangkan NaCl 0,9% + savlon/clorhexidin ke dalam
mangkok 1
c.
Tuangkan bethadin pada mangkok 2
d.
Buka sarung tangan, cateter, spuit, urin bag
e.
Gunakan sarung tangan
f.
Siapkan cateter, urin bag, spuit yang sudah diisi
cairan
g.
Ambil mangkok yang berisi cairan antiseptik dengan
beberapa kassa
h.
Bersihkan area operasi dengan antiseptik dari arah
dalam keluar
i.
Keringkan dengan kasa steril
j.
Bilas dengan alcohol
k.
Dengan spong holding forcep keringkan area operasi
yang sudah diberi alcohol
l.
Ambil mangkok bethadin, jepit kasa dengan spong
holding dengan menggunakan bethadin lakukan preparasi area operasi dengan
memutar dari arah dalam menuju periper
m.
Lakukan berulang
n.
Buang kasa ketempat sampah
5.
Pemasangan catheter
6.
Drapping
B. Drapping
1.
Pengertian
Draping adalah satu lagi
dari kegiatan presisi yang dilakukan di kamar
operasi. Draping bedah pasien adalah menempatkan penutup
steril pada pasien sehingga hanya tempat operasi yang terkena.
Dengan demikian, daerah kulit yang belum siap untuk operasi tertutup agar tidak
akan mencemari bagian yang steril. Selain pasien,peralatan
yang digunakan dalam area bedah segera harus ditutupi dengan tirai steril
untuk mencegah kontaminasi luka (AORN, 2008)
Draping adalah istilah
yang digunakan di instalasi bedah sebagai suatu teknik atau seni dalam menutup
daerah sayatan pembedahan. Drapping merupakan prosedur menutup
pasien yang sudah berada di atas meja operasi dengan menggunakan alat tenun
steril, dengan tujuan memberi batas yang tegas pada daerah steril pembedahan
(Depkes RI,1993).
Drapping adalah suatu
prosedur penutupan pasien yang sudah dimeja operasi dengan menggunakan alat
tenun steril, dengan tujuan memberi batas tegas daerah steril pada daerah
pembedahan setelah permukaan kulit dilakukan desinfeksi. Yang meliputi seluruh
permukaan dimana alat-alat steril akan diletakan dan daerah sekitar lokasi
pembedahan.
2.
Tujuan
Membuat pembatas/barrier area operasi
terhadap kontaminasi yang mungkin terjadi.Secara khusus,
teknik draping berbeda pada setiap tempat atau daerah insisi
dan tergantung kepada bentuk posisi pembedahan. Secara umum, teknik drapingbertujuan
untuk mempertahankan kesterilan pada daerah sekitar inisisi
operasi. Tujuan dari draping adalah untuk menciptakan
lapangan steril dengan cara penempatan yang tepat dan
hati-hati dari linen sebelum operasi dimulai dan untuk menjaga
sterilitas permukaan instrumen yang steril dan sarung
tangan dapat ditempatkan selama operasi.
3.
Prinsip Drapping Pada Area Operasi
Menurut Association of periOperative Registered Nurses
(AORN), 2006. Prinsip dari draping adalah sebagai berikut
a.
Terisolasi (Isolated)
Kotor dari bersih (misal, pangkal paha, kolostomi dan peralatan
dari daerah yang akan disiapkan). Isolasi dicapai dengan menggunakan penghalang
yang tahan dari air, biasanya dibuat dari bahan plastik. Banyak bahan untuk
menahan yang dapat digunakan.
b.
Penghalang (Barrier)
Menyediakan lapisan kedap dan harus memiliki film plastik untuk mencegah
pemogokan-selesai.
c.
Lapangan Steril
Penciptaan lapangan steril adalah melalui presentasi steril dari
tirai dan teknik aplikasi aseptik. Jika penghalang yang digunakan tidak mempan,
lapisan kedap tambahan perlu ditambahkan.
d.
Permukaan steril
Karena kulit tidak dapat disterilkan, maka perlu menerapkan
penghalang untuk menciptakan permukaan steril.
e.
Penutup Peralatan
Tirai steril menutupi peralatan steril atau mengatur peralatan
yang digunakan di lapangan steril. Hal ini membantu untuk melindungi pasien dari
peralatan serta untuk melindungi dan memperpanjang umur peralatan.
f.
Kontrol Cairan
Pengumpulan cairan menjaga pasien tetap kering, mengurangi
paparan pekerja kesehatan. Sebuah sistem kontrol cairan harus digunakan setiap
saat dan prosedur ini dikenal untuk menyertakan sejumlah besar cairan tubuh
atau mengakhiri irigasi
Sedangkan menurut Depkes tahun 1993, prinsip
dari draping yaitu :
1)
Harus dilaksanakan dengan teliti dan hati-hati
2)
Perawat Instrumen (Scrub Nurse) harus memahami dengan
tepat prosedur draping
3)
Drape yang terpasang tidak boleh berpindah-pindah sampai operasi
berakhir dan harus dijaga sterilitasnya
4)
Pakailah duk klem pada setiap sudut daerah sayatan agar alat
tenun tidak mudah bergeser
5)
Tim bedah yang memakai baju steril harus selalu menghadap tempat
yang sudah tertutup alat tenun steril.
6)
Perawat sirkuler (circulating nurse) harus
berdiri menghadap scrub nurse untuk mengingatkan jangan
sampai draping terkontaminasi
7)
Bila alat tenun sudah terkontaminasi, harus segera diganti
8)
Sekitar lantai tidak boleh ada genangan air
9)
Hindari mengibas alat tenun terlalu tinggi sehingga dapat
menyentuh lampu operasi atau alat tenun lainnya
10)
Lindungilah sarung tangan dengan cara meletakkan tangan di bawah
lipatan pada saat drapping, hindari menyentuh kulit pasien
11)
Jika pemasangan alat tenun steril sudah selesai dan ada yang
jatuh di bawah batas pinggang jangan diambil
12)
Jika ragu-ragu terhadap sterilitas alat tenun, maka alat tenun
dinyatakan sudah terkontaminasi.
4.
Syarat alat tenun drapping
a.
Bahan terbuat dari katun/kertas (NONWOVEN)
b.
Tidak menyolok
c.
Warna hijau tua, biru berbeda dengan bahan yang
digunakan di ruang perawatan
d.
Panjang linen harus meutupi daerah yang steril dan
tidak menyentuh lantai.
e.
Linen
1)
Mudah basah
2)
Supple akan jatuh dengan baik
3)
Perlu dicuci, pelipatan, pensterilan
4)
Opsite
f.
Jumlah linen
1)
Tromol, terdiri dari: Gaun 5 buah, TPB 4 buah (180 x
140 cm), TPA 6 buah (150 x 90 cm), Duk bolong besar 1 buah
2)
Dibungkus
3)
Sesuai kebutuhan daerah operasi
g.
Nonwoven
1)
Single use
2)
Waterproof
3)
Kaku
4)
Mudah terkontamiasi
h.
Prinsip pelaksanaan drapping
1)
Harus dilakukan dengan hati-hati
2)
Scrub nurse harus memahami dengan tepat prosedur
drapping
3)
Jaga kesterilan
4)
Menggunakan towel klem pada setiap sisi agar tidak
bergeser
5)
Tim bedah yang sudah memakai baju steril harus selalu
menghadap tempat yang sudah dilakukan drapping
i.
Perlengkapan drapping
1)
Towel merupakan perlengkapan dasar yang digunakan
dalam drap
2)
4 buah towel klem digunakan didaerah immediet operasi
j.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam drapping
1)
Jika alat tenun terkontaminasi harus diganti
2)
Sekitar lantai tidak boleh terdapat genangan air
3)
Hindari mengibas alat tenun terlalu tinggi
4)
Lindungi sarung tangan dengan cara tangan dibawah
lipatan pada saat drap
5)
Rencanakan drapping dengan baik, siapkan drap sebelum
dimulai
6)
Mulai meletakkan drap dari yang pertama akan di
gunakan
5.
Macam Tenun/ Linen Untuk Draping
a.
Laken besar / atas
b.
Laken besar /bawah
c.
Pembungkus instrument
d.
Alas meja dorong (trolley)
e.
Duk bolong
f.
Duk rapat
g.
Laken kecil/samping
h.
Sarung mayo
i.
Baju & celana kmr operasi
j.
Jas operasi
k.
Topi operasi
l.
Sarung kaki
m.
Lap tangan/handuk
n.
Baju pasien
o.
Perlak besar dan kecil
6.
Ukuran Tenun Untuk Draping
a.
Sarung standar
mayo
140cm x 75cm
b.
Sarung
kaki
140cm x 60cm
c.
Duk
rapat
100cm x 75cm
d.
Duk
lobang
80cm x 80cm,ø10cm
e.
Laken
kecil/samping
150cm x 100cm
f.
Laken besar /
bawah
240cm x 200cm
g.
Laken besar /
atas 210cm
x 150cm
h.
Pembungkus instrumen 100cm
x 100cm
i.
Pembungkus linen/waskom 150cm x 150cm
j.
Perlak
mayo
50cm x 40cm
k.
Perlak
besar
150cm x 75cm
l.
Lap
tangan/handuk
30cm x 15cm
7.
Karakteristik Bahan Draping
a.
Resisten terhadap abrasi
b.
Sebagai Barier (anti mikroorganisme)
c.
Biocompatibility (Free toxic)
d.
Drapebility
e.
Dapat mencegah listrik statik
f.
Nonflamable (tdk menginduksi kebakaran)
g.
Bebas serat
h.
Tensile strenght (kuat thd tahanan)
8.
Bahan Untuk Draping
a.
Bahan Pakai Ulang (Reusable)
1)
Penggunaannya terutama untuk penggunaan drapping atau jas
operasi yg digunakan berkali-kali, bahannya impermeable terhadap cairan (dlm
kondisi tertentu)
2)
Proses pencucian, setrika dan sterilisasi menyebabkan seratnya
mengkisut
3)
Siklus diatas menyebabkan kecenderungan mengubah struktur
material
4)
Beberapa pabrikan melaporkan kerusakan struktur material setelah
75-100 kali siklus.
Yaitu : Linen :
a)
Memerlukan pencucian
b)
Memerlukan pelipatan yang benar
c)
Memerlukan proses sterilisasi
d)
Adanya lipatan/jahitan yang menjadi tempat kuman
e)
Tidak kedap air ==> sumber kontaminasi
b.
Bahan Sekali Pakai (Disposible)
1)
Mencegah penetrasi bakteri dan lelehan cairan
2)
Lembut, bebas serat, ringan, padat, tahan
kelembaban, non iritasi dan bebas listrik statik
3)
Menurunkan kontaminasi mikroorganisme berbahaya / infeksius dari
ekskresi dan cairan tubuh dalam proses laundry dimana pada bahan pakai ulang
mempunyai resiko yg besar.
4)
Penyimpanan, transportasi, dan pembuangan limbah biasanya
menjadi masalah
5)
Penggunaan insenerator cukup baik tetapi harus di olah dengan
baik agar tidak mencemarkan lingkungan.
Contoh :
Non Woven (Kertas)
1)
Baik sebagai proteksi terhadap kontaminasi
2)
Tidak lembab
3)
Mahal
4)
Saat ini semakin disenangi untuk dipakai
5)
Kedap air
6)
Dispossible
Plastic Inscisional Drapes
1)
Terbuat dari bahan polyvinyl
2)
Tersedia dalam kemasan steril dalam berbagai ukuran
3)
Insisi dapat dilakukan langsung diatas permukaan yg melekat
4)
Memudahkan draping pada area tubuh yg ireguler (leher, sekitar
telinga, ekstermitas dan sendi)
7.
Persiapan Alat
a.
Jenis alat tenun untuk draping
1)
Laken operasi besar rapat
2)
Laken operasi besar bolong
3)
Pembungkus alat (laken berlobang)
4)
Alas meja dorong (trolley)
5)
Duk bolong
6)
Duk rapat
7)
Laken kecil
8)
Sarung mayo
9)
Baju dan celana operasi
10)
Topi operasi
11)
Sarung couter
12)
Barakshort
13)
Mitella
14)
Kantong sarung tangan
15)
Kantong canulla, suction dan cauter
16)
Sarung kaki
17)
Sarung tabung 02
18)
Lap tangan atau handuk
19)
Baju pasien
20)
Perlak besar dan kecil
8.
Prosedur
a.
Pastikan drapping dibuka oleh perawat sirkuler dengan tidak
menyentuh bagian yang steril
b.
Menutup batas bagian bawah insisi dengan cara : perawat
instrumen membawa lipatan duk ke meja operasi. Dengan berdiri jauh dari meja,
satu tangan dari perawat instrumen memberikan ujung lipatan duk di atas pasien
sehingga menutup bagian bawah daerah kulit yang telah dilakukan antiseptik dan
menutup bagian bawah area insisi dengan duk panjang steril.
c.
Menutup batas bagian atas insisi, dengan membentangkan ujung
atas duk laparastomi di atas anastesi screen( tabir anastesi). Perhatikan bahwa
tangan yang menyentuh daerah yang tidak steril terlindung dalam lipatan kain
dan duk dirapihkan dengan tangan lain.
d.
Menutup batas bagian lateral insisi kanan dan kiri dengan duk
yang lebih kecil lalu pakailah klem pada bagian / sudut – sudut untuk daerah
yang akan di operasi
9.
Posisi pada pasien bedah
a.
Posisi Semi Fowler
Posisi fowler merupakan posisi setengah duduk atau duduk, di
mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini
dilakukan untuk mampu mempertahankan kenyamanan & memfasilitasi fungsi
pernapasan pasien.
Tujuan
Meningkatkan rasa nyaman
Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada & ventilasi paru
Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yg menetap
Meningkatkan rasa nyaman
Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada & ventilasi paru
Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yg menetap
Indikasi
Pada pasien yg mengalami gangguan pernapasan
Pada pasien yg mengalami imobilisasi
b.
Posisi Sims
Posisi sim merupakan posisi miring kekanan atau miring kekiri.
Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan & memberikan obat secara per
anus (supositoria). Berat badan terletak pada tulang illium, humerus &
klavikula.
Tujuan
Meningkatkan drainage
dari mulut pasien & mencegah aspirasi
Mengurangi penekanan
pada tulang secrum & trochanter mayor otot pinggang
Mencegah dekubitus
Memasukkan obat
supositoria
Indikasi
Pasien dengan
pemeriksaan & pengobatan daerah perineal
Pasien yg tidak
sadarkan diri
Pasien paralisis
Pasien yg akan dienema
Untuk tidur pada
perempuan hamil
c.
Posisi Trendelenberg
Pada posisi trendelenberg pasien berbaring di tempat tidur
dengan bagian kepala lebih rendah dibandingkan dengan bagian kaki. Posisi ini
dilakukan untuk dapat melancarkan peredaran darah ke otak.
Tujuan
Pasien shock.
Pasien dengan
pembedahan pada daerah perut.
pasien hipotensi.
Indikasi
Pasien dengan
pembedahan pada daerah perut
Pasien shock
Pasien hipotensi
d.
Posisi Dorsal Recumber
Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan ke-2 lutut fleksi (ditarik/direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan buat merawat & memeriksa pula pada proses persalinan.
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan ke-2 lutut fleksi (ditarik/direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan buat merawat & memeriksa pula pada proses persalinan.
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama
dengan ketegangan punggung belakang.
Indikasi
Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic,
vagina & anus
Pasien dengan ketegangan punggung belakang
e.
Posisi Litotomi
Pengertian
Pada posisi litotomi pasien berbaring telentang dengan mengangkat
ke-2 kaki & menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk
melakukan pemeriksaan genitalia pada proses persalinan, & memasang alat
kontrasepsi.
Tujuan
Memudahkan pemeriksaan pada daerah rongga
panggul, misalnya vagina,taucher, pemeriksaan rektum, & sistoscopy
Memudahkan pelaksanaan proses
persalinan,pemasangan alat intra uterine devices (IUD), operasi ambeien,
& lain-lain.
Indikasi
Pada pemeriksaan genekologis
Buat menegakkan diagnosa/memberikan pengobatan
terhadap penyakit yang terjadi pada uretra, rektum, vagina & kandung kemih.
f.
Posisi Lateral
Pengertian
Posisi miring di mana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul & bahu.
Posisi miring di mana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada pada pinggul & bahu.
Tujuan
Meningkankan rasa nyaman
Mempertahankan body aligement
Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
Mengurangi kemungkinan tekanan yg menetap pada
tubuh akibat posisi yg menetap.
Indikasi
Pasien yg mau beristirahat
Pasien yg mau tidur
Pasien yg posisi fowler atau dorsal recumbent
dalam posisi lama
Penderita yg mengalami kelemahan & pasca
operasi.
DAFTAR PUSTAKA
AORN, Inc., “Recommended Practices for selection and Use of
Surgical Gowns and Drapes,” Standards, Recommended Practices, and Guidelines,
AORN, Inc.: Denver, 2006
AORN, Inc., “Recommended practices for skin preparation of patients”.
Standards, Recommended Practices, and Guidelines. Denver, Colo: AORN, Inc. 2005
Depkes RI, 1993. “Pedoman Kerja Perawar Kamar Operasi”, Jakarta:
Depkes RI
Komentar
Posting Komentar